SUKOHARJO (Keadilan.net) – Hiruk pikuk kontestasi menjelang pesta demokrasi Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sukoharjo pada November 2024 mendatang, terus mengalami dinamika seiring waktu mendekati tahapan pendaftaran bakal pasangan calon (bapaslon) di KPU.
Sejumlah pihak menilai jika Pilkada tahun ini berpotensi diikuti hanya satu pasangan calon (paslon) tunggal yang tak lain adalah petahana, yaitu Etik Suryani (petahana bupati dari PDIP) berpasangan dengan Eko Sapto Purnomo (Gerindra) yang didukung tujuh parpol.
Pengamat politik yang juga aktivis KAHMI Sukoharjo, Muladi Wibowo mengatakan, keputusan bergabungnya tujuh parpol pemilik 45 kursi DPRD Sukoharjo dalam gerbong petahana adalah hak masing-masing Parpol, dan tidak ada aturan yang dilanggar.
7 Parpol Teken Kerjasama Usung Etik-Sapto, Pilkada Sukoharjo Berpotensi Diikuti 1 Paslon
“Langkah bergabung itu untuk memastikan paslon yang didukung akan menang, kira-kira gambarannya seperti itu. Saya melihat, langkah itu merupakan siasat demokrasi dalam melihat potensi paslon yang didukung memiliki peluang menang lebih tinggi,” kata Muladi, Selasa (6/8/2024).
Disisi lain, mantan Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sukoharjo periode 2018-2023 itu menilai, ketika nanti Pilkada Sukoharjo hanya diikuti oleh satu paslon tunggal melawan kotak kosong, maka masyarakat pemilih yang akan dirugikan.
“Misal, kalau nanti calon perseorangan (Tuntas Subagyo-Djayendra Dewa) yang saat ini tengah menjalani verifikasi faktual (verfak) KPU tidak lolos, maka publik (masyarakat) dirugikan karena tidak bisa menyaksikan proses dialektika pertarungan visi-misi antar paslon,” paparnya.
Resmi, Nasdem Terbitkan SK Rekomendasi Pilkada Sukoharjo Usung Etik-Sapto
Menurutnya, ketika Pilkada diikuti minimal dua paslon, maka akan ada ajang adu gagasan, perdebatan, perang visi-misi, sehingga masyarakat dapat melihat serta mendapat kesempatan untuk memilih calon pemimpin yang terbaik.
“Bukankah kontestasi Pilkada ini sebetulnya memberi ruang kepada publik untuk bisa memilih siapa calon yang memiliki potensi lebih baik. Menguntungkan Sukoharjo menjadi lebih baik. Kira-kira begitu,” ujarnya.
Namun begitu, ia tidak menampik paslon tunggal ketika melawan kotak kosong juga dapat menyampaikan gagasan, visi-misi, serta berbagai hal terkait program kerja. Hanya saja, hal itu menjadi monoton karena tidak terjadi dialektika dan tidak ada debat antar paslon.
Siap Tempur di Pilkada Solo, Kusumo Dorong Ranting PDIP Kenali Para Balon