SUKOHARJO (Keadilan.net) – Dalam upaya antisipasi bencana alam, BPBD Sukoharjo menggelar Apel Siaga Bencana di halaman Setda Pemkab Sukoharjo, dipimpin langsung oleh Bupati, Etik Suryani, Kamis (3/11/2022).
Dalam amanatnya, Etik menyampaikan bahwa Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah yang rawan bencana. Bencana yang sering terjadi di kabupaten Sukoharjo antara lain banjir, tanah longsor, kekeringan, hingga kebakaran hutan dan lahan.
“Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah yang rawan bencana seperti banjir hingga tanah longsor” ungkap Bupati didampingi Kapolres, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan dan Dandim 0726 Letkol Czi Slamet Riyadi.
Anniversary The Park Mall Sukoharjo ke-9, Hadirkan Wayang in Metaverse
Menurutnya, bencana alam bukanlah suatu hal yang dapat diduga kapan akan terjadi. Bencana alam bisa terjadi kapan saja. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk mewaspadai agar bisa meminimalisir dampak kerugian yang disebabkan oleh bencana alam.
Terlebih lagi, BMKG memprediksi bahwa bulan November 2022 sudah mulai memasuki musim hujan. Sedangkan untuk puncak musim hujan diprediksi akan terjadi pada bulan Januari 2023 dengan kemungkinan akan terjadi hujan lebat dan berpotensi banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Terkait apel siaga bencana tersebut, dikatakan Bupati sebagai bentuk kesiapsiagaan Pemkab Sukoharjo akan terjadinya bencana alam. Pemkab bersinergi dengan TNI dan Polri dan instansi terkait lainnya untuk meminimalisir munculnya korban jiwa.
Soal Menteri Jadi Capres Tidak Perlu Mundur, Begini Tanggapan Presiden Joko Widodo
“Apel ini dalam upaya mengantisipasi terhadap dampak yang ditimbulkan, termasuk kesiapan dapur umum. Kepada seluruh komponen masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dengan membersihkan saluran air, memangkas ranting, dan mengadakan siskamling,” tambahnya.
Untuk diketahui, bencana alam yang melanda Sukoharjo mengalami tren kenaikan di tahun 2022. Berdasarkan data BPBD Sukoharjo, hingga Oktober 2022 tercatat terjadi 34 kali angin puting beliung, tujuh kali banjir, dan empat kali bencana tanah longsor dengan kerugian Rp 189 juta.
Berdasarkan data di tahun 2021, bencana angin kencang sebanyak 36 kali, banjir dua kali, dan tanah longsor satu kali. Jika dibandingkan dengan kerugian pada tahun 2021, tahun ini mengalami peningkatan yang signifikan.(Nugroho)