SUKOHARJO (Keadilan.net) – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) memiliki sejarah panjang dalam perkembangan pencak silat di lingkungan kampus.
Yusuf Ibrahim, S.Psi., Pendekar Madya Tapak Suci sekaligus pendiri UKM Tapak Suci UMS, mengisahkan perjalanan awal berdirinya UKM ini hingga pelaksanaan Turnamen Nasional I Tapak Suci UMS.
Menurut Yusuf, sebelum resmi menjadi UKM pada tahun 1987, Tapak Suci di UMS sudah ada, tetapi belum berbentuk lembaga resmi. Ia yang saat itu aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merasa Tapak Suci juga perlu memiliki wadah yang sama.
Program SEA Teacher, UMS Sambut Delegasi Cavite State University Philippines
“Saya mengusulkan ke Pak Djazman (Rektor UMS saat itu) untuk mendirikan UKM Tapak Suci. Akhirnya diberikan fasilitas, termasuk sekretariat di Griya Mahasiswa,” katanya pada, Kamis (30/1/2025).
Menurutnya, pada masa awal perjuangan membangun UKM Tapak Suci tidaklah mudah. Yusuf bercerita bahwa ia merangkap banyak peran, mulai dari pelatih, ketua, hingga sekretaris, sembari membina kader-kader baru.
“Saat itu jumlah anggota banyak, sekitar 200 orang. Jauh lebih banyak dibandingkan sekarang,” ungkapnya. Sejak awal berdiri, UKM Tapak Suci mendapat dukungan penuh dari UMS, terutama dari Rektor saat itu, Drs. H. Djazman Al-Kindi.
LBIPU UMS Digandeng Indo-Austay Pelajari Bahasa Indonesia dan Tradisi Jawa
“Pak Djazman sangat mendukung. Semua fasilitas diberikan, termasuk dukungan dalam perlombaan. Bahkan, kejuaraan nasional pertama antar perguruan tinggi di Indonesia dirintis dari Tapak Suci UMS, dengan saya sebagai ketua panitianya,” jelas Yusuf.
Perkembangan Tapak Suci di UMS terus mengalami perubahan. Secara organisasi, Yusuf melihat bahwa saat ini pengelolaan lebih tertata, meskipun jumlah peserta berkurang dibandingkan dahulu.
“Hampir 40% pengurus Tapak Suci di Jawa Tengah berasal dari alumni UMS. Ini menunjukkan kaderisasi berjalan baik,” tambahnya.
Wisuda Periode II 2024/2025, Rektor UMS Bicara Tonggak Kesuksesan
Terkait Turnamen Nasional I Tapak Suci UMS yang telah berlangsung, Yusuf menyebutnya sebagai langkah maju yang harus terus dikembangkan. Awalnya, turnamen Tapak Suci hanya di tingkat Jawa Tengah antar pelajar. Namun, setelah mendapat tantangan dari Pimpinan Pusat Tapak Suci dan Rektor UMS, akhirnya ajang ini berkembang menjadi turnamen nasional.
“Mahasiswa harus berani menerima tantangan. Jangan takut menghadapi rintangan, karena itu bagian dari proses berkembang. Turnamen ini masih terbatas, baru 11 provinsi yang ikut. Harapannya tahun depan lebih banyak peserta dari seluruh Indonesia,” tandasnya. (Nugroho)