SUKOHARJO (Keadilan.net) – Ratusan pelayat dari berbagai kalangan ikut mengantar jenazah tokoh pendiri Yayasan Mega Bintang yang bernama lengkap Mudrick Setiawan Malkan Sangidu, di pemakaman TPU Pracimaloyo, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (20/1/2025) sekira pukul 13.15 WIB.
Mudrick meninggal dunia di RS Indriati Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, pada Minggu (19/1/2025) sekira pukul 14.00 WIB. Almarhum tutup usia di umur 81 tahun lantaran sakit-sakitan sejak beberapa pekan terakhir. Jenazah Mudrick dibawa ke pemakaman dari rumah duka di Kartopuran, Serengan, Solo.
Diantara para pelayat, tampak beberapa advokat anggota Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi), yaitu Badrus Zaman dari MBZ Keadilan dan BRM Kusumo Putro dari Firma Hukum Dr BRM Kusumo Putro & Partner. Selain itu juga ada tokoh pergerakan Islam, Edi Lukito, dan beberapa lainnya.
Kabar Duka, Mudrick SM Sangidu Meninggal Dunia di Usia 81 Tahun
Putri nomor tiga Mudrick, Diani Kartini menuturkan riwayat kesehatan ayahnya sebelum meninggal dunia. Disebutkan, pada Nopember 2024 sudah pasang ring jantung untuk menopang kesehatannya. Mengingat faktor usia, Mudrick juga mengalami penurunan nafsu makan hingga mengakibatkan sering sakit-sakitan.
“Nafsu makannya berkurang. Selain itu, bapak juga pernah sakit hingga kakinya harus dioperasi dan masih dalam perawatan. Karena bapak sudah sepuh (usia lanjut), ada ketidakseimbangan elektrolit hingga kemudian harus dirawat di rumah sakit,” ungkap Diani yang juga seorang dokter.
Mudrick meninggal dunia di rumah sakit setelah hampir satu bulan lamanya menjalani perawatan disana. Menurut Diani, saat dirumah sakit semangat ayahnya untuk sembuh sangat luar biasa.
Kapolres Sukoharjo Ingatkan Anggota Hindari Judol dan Perketat Penggunaan Senpi
“Bapak selalu menanyakan hasil laboratorium. Bapak sangat luar biasa semangatnya, sampai akhir hayatnya masih tetap menanyakan hasil laboratorium,” ungkapnya.
Diani yang merupakan anak nomor tiga, menilai ayahnya adalah sosok yang sangat luar biasa. Selalu menempatkan nilai-nilai kejujuran hitam-putih diatas segalanya, bukan abu-abu.
“Bapak selalu mengajarkan kepada kami anak-anaknya, untuk mengutamakan keadilan. Bapak sangat tidak suka dengan kesewenang-wenangan. Saya bangga sekali sebagai anak beliau, saya dirawat hingga bisa menjadi dokter, dan saya tidak bisa membalasnya,” pungkasnya. (Nugroho)