SUKOHARJO (Keadilan.net) – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) lestarikan kebudayaan Jawa dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk bersama dalang Ki Bayu Aji Pamungkas.
Pentas seni pertunjukan tradisional pada, Sabtu (29/10/2022) malam hingga berakhir pada, Minggu (30/10/2022) dinihari itu merupakan salah satu rangkaian Hari Jadi ke-64 UMS.
Terkait dengan tema yang berdekatan dengan akan digelarnya Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiah ke-48, dipilih Lakon Wahyu Cakraningrat.
Gelar Rapat Darurat Anggota Exco, PSSI Putuskan Percepat Kongres
Rektor UMS Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si berharap bahwa pertunjukan wayang kulit dengan lakon Wahyu Cakraningrat dapat menjadi sebuah inspirasi.
“Mudah-mudahan perhelatan wayang ini bisa memberikan inspirasi kepada kita semua, dan tentu yang paling penting adalah kita bisa mensukseskan Muktamar. Semua saja, meskipun bukan warga Muhammadiyah tapi juga kita minta untuk mensukseskan muktamar pada tanggal 18-20 November mendatang,” harap Rektor.
Pagelaran wayang sendiri dimulai dengan diserahkannya, sebuah wayang kulit sosok Raden Abimayu oleh Rektor UMS kepada dalang Ki Bayu Aji Pamungkas yang merupakan putra dalang kondang Ki Anom Suroto.
Ancaman Baru Covid-19, Wapres Minta Masyarakat Waspada dan Tetap Prokes
Prof., Dr., Anam Sutopo, salah satu panitia yang membacakan sinopsis lakon Wahyu Cokroningrat menguraikan, bahwa Raden Abimayu berhasil mendapatkan gelar Wahyu Cakraningrat berkat kesabarannya dalam menahan diri atas godaan ketidakadilan yang diberikan kepadanya.
Sementara, pagelaran wayang kulit itu menarik banyak perhatian, baik dari internal kampus maupun dari eksternal kampus yang sengaja datang untuk menyaksikan.
Diantara dari internal kampus, ada mahasiswa internasional UMS asal Pakistan yang menyaksikan pertunjukan dan menyatakan kekagumannya.
Kapolres Sukoharjo Minta Jajarannya Perbaiki Kinerja dan Tingkatkan Pelayanan Masyarakat
Muhammad Abuzar, demikian nama mahasiswa itu, mengatakan bahwa baginya wayang merupakan hal baru tetapi dia dapat menikmatinya, meskipun sulit memahaminya secara utuh.
Menurutnya wayang kulit merepresentasikan sebuah kebudayaan. Dia harap dapat belajar hal baru dari pagelaran wayang kulit.
“Ini merupakan hal baru bagi saya, tetapi saya harap saya dapat belajar hal baru dari pertunjukan ini. Setelah menyaksikan wayang ini, saya berkeinginan untuk mencari tahu lewat google berkaitan dengan wayang. Dan ya pertunjukan wayang kulit sangat menarik,” katanya dalam bahasa Inggris.
Tegas, Jaksa Agung Minta Jajarannya Tidak Bergaya Hidup Hedon
Salah satu mahasiswa lainnya menyampaikan, bahwa dia merasa beruntung karena bisa menonton wayang secara langsung.
“Meskipun saya tidak paham bahasanya, tetapi setidaknya saya bisa tahu suasananya wayang kulit di Jawa itu seperti apa. Saya merasa beruntung bisa nonton wayang kulit ini,” kata Rahmi Fadillah, mahasiswi asal Bandung.***