SUKOHARJO (Keadilan.net) – Beberapa pekan lalu, jagat maya dihebohkan dengan perseteruan Pesulap Merah yang bernama asli Marcel Radhival dengan seorang pria yang akrab dengan panggilan Gus Samsudin dari Blitar, Jawa Timur (Jatim).
Perseteruan yang diawali dari aksi Pesulap Merah membongkar trik pengobatan yang dilakukan Gus Samsudin itu telah mengguncang benak publik terkait seputar profesi dukun. Pertanyaannya, apakah dukun itu sesat menyimpang dari kaidah agama?
Tokoh pecinta budaya nusantara, Sumarsoni, Ketua Umum Perkumpulan Budaya Nusantara Rasa Wening, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng), mengatakan, dilihat dari sejarah kerajaan jaman dulu hingga jaman sekarang, dukun merupakan profesi mulia.
900 Mahasiswa Baru UIN Raden Mas Said Gelar Kirab Budaya, Bentangkan Merah Putih 1.000 Meter
“Soal musyrik, syirik, tukang tipu, atau jadi pelaku pencabulan, itu bisa datang (dilakukan-Red) dari berbagai kalangan profesi. Jadi jangan semata-mata menyudutkan dukun secara keseluruhan, itu nggak benar,” paparnya, Minggu (28/8/2022).
Menurutnya, perbuatan seperti menipu, melakukan pencabulan atau apapun jenis kejahatan lain, bisa muncul dari segala lini. Ia berpendapat, dukun yang benar adalah memiliki keahlian dan bisa bermanfaat bagi orang lain tanpa mengedepankan pamrih materi.
“Di jaman kerajaan, yang namanya dukun, atau orang yang masih berpegang pada adat kearifan lokal adalah yang tampil didepan untuk membantu kesulitan masyarakat. Dukun itu dianggap orang pinter, contohnya menolong persalinan ibu melahirkan. Termasuk saya waktu dilahirkan juga dibantu dukun,” paparnya.
Pria yang gelar kekancingan, KRT. Siswa Candra Waskhita Buana, ini mengakui seiring perkembangan jaman banyak bermunculan oknum-oknum yang mendeklarasikan diri sebagai dukun atau orang pintar. Mereka menawarkan jasa bantuan dengan memasang tarif.
“Dulu ndak ada dukun pasang tarif atau menipu. Kalau sekarang banyak bermunculan dukun palsu, itu tergantung siapa yang menjadi korbannya. Pemalsuan itu bisa terjadi dari berbagai kalangan, maka saya mengatakan bahwa dukun itu mulia,” ujarnya.
Menyinggung tentang penyelewengan atau dukun palsu, itu bukan berasal dari doktrin perdukunan. Dengan berkembangnya jaman, ada sebuah sensitifitas kecemburuan sosial yang bisa mendiskreditkan orang-orang yang bekerja secara profesional.
Cegah Penyebaran Wabah Cacar Monyet, Presiden Jokowi Instruksikan Menkes Segera Sediakan Vaksin
“Dukun yang berpraktek tanpa meminta imbalan pun, itu juga bisa di serang fitnah, Tokoh agama pun juga bisa menjadi korban fitnah siapa saja. Ini artinya, jangan menyudutkan profesi. Ini semua berpulang kepada masyarakat dalam menyikapinya,” tandasnya.
Sebelumnya, Ketua PBNU Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrur Rozi mengingatkan masyarakat agar hati-hati dan tidak mudah percaya dengan trik-trik yang dilakukan dukun dalam prakteknya.
Pria yang akrab disapa Gus Fahrur itu melarang umat Islam untuk menganggap dukun seperti kyai. Hal itu adalah karena kiai dan dukun merupakan dua hal yang berbeda.
“Dukun memakai trik, sedangkan kiai memiliki karomah (kemuliaan-Red). Kita harus selektif. (Karena) kadang dukun dikyaikan, itu salah. Jangan kyaikan dukun,” tandasnya, seperti dikutip dari Nu Online.( Nugroho)