Gelar Sarasehan Budaya, Upaya Mas Karebet Jaga Nilai Sejarah Kartasura

Acara mengusung tema Keraton Kartasura dan Masyarakat dalam Membangun Perilaku Mutualisme

8 April 2024, 17:27 WIB

SUKOHARJO (Keadilan.net) – Sejumlah pegiat budaya yang tergabung dalam komunitas Masyarakat Kartasura
Bermartabat (Mas Karebet) menggelar sarasehan sekaligus kajian budaya pada Kamis (4/4/2024) malam.

Acara yang mengusung tema “Keraton Kartasura dan Masyarakat dalam Membangun Perilaku Mutualisme” ini dibuat dalam rangka mengulas dan menggali lebih dalam sejarah Keraton Kartasura yang kerap dipandang sebelah mata.

R. Adi Wijaya yang menjadi narasumber menjelaskan bahwa banyak sekali situs
peninggalan Kerajaan Kartasura yang tercantum dalam manuskrip-manuskrip kuno yang ia temukan, mulai dari situs petilasan, makam, hingga benteng sebagai bukti eksistensi Kerajaan Kartasura pada masanya.

Mas Karebet Gelar Sarasehan Budaya, Sejarah Kartasura Penuh dengan Cinta Bukan Hanya Perang Saja

Namun sayangnya, tak sedikit juga situs yang kurang terawat, belum terdata, atau bahkan hilang.

“Dari penelitian saya, banyak sekali situs dan artefak yang hilang. Bahkan tergusur bangunan modern di Kartasura”, jelas Adi yang merupakan seorang Filolog sekaligus Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah (PBSD) Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo itu.

Selanjutnya, M. Rahmawan Arifin yang juga sebagai narasumber mengungkapkan dari aspek sosio-kultural, kerajaan yang terletak di pedalaman memiliki karakteristik
tersendiri jika dibandingkan dengan kerajaan yang terletak di pesisir.

Camat Kartasura Sambut Baik Deklarasi Mas Karebet

“Dahulu, Kartasura ini hutan belantara. Untuk bisa membuat kerajaan harus babat alas (membuka lahan), menebang pohon dengan alat seadanya, terlebih belum ada gergaji mesin seperti sekarang. Dari sini bisa dikatakan bahwa karakteristik nenek moyang kita pejuang-pekerja keras”, jelasnya.

Lebih jauh, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Raden Mas Said Surakarta itu juga menyoroti dari sisi geografis Kartasura layaknya “jalur sutra” yang merupakan istilah untuk menyebut jalur perdagangan internasional kuno yang menghubungkan antara Barat dan Timur.

“Kartasura yang berada di titik tengah menjadi tempat transit. Banyak lalu lintas yang lewat menuju arah pesisir utara Jawa. Tak sedikit pula yang lewat karena hendak menuju ke barat, menempuh perjalanan ke Mataram. Sementara ke arah timur lalu lintas
menuju Sragen sebagai pintu gerbang ke daerah Jawa Timuran,” ungkapnya.

Deklarasi MAS KAREBET: Organisasi Baru Di Kartasura Bawa Gagasan Pembangunan

Berita Lainnya

Berita Terkini