SOLO (Keadilan.net) — Tim Humas Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan kegiatan Capacity Building selama dua hari di Hotel Swiss-Belinn Saripetojo, Solo, pada Senin- Selasa (26-27/2/2024.
Kepala Bagian Humas UMS Dr. Budi Santoso, M.Si., menjelaskan, kegiatan ini mengundang 30 mahasiswa UMS dari 11 fakultas yang berpotensi menjadi content creator dan influencer.
“Untuk menjadi talent yang profesional, jangan singgung hal-hal yang terkait dengan masalah suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), agar konten yang dibuat tidak bermasalah hukum di kemudian hari,” kata Budi, Senin (26/2/2024).
Jaga Kesehatan Mental Mahasiswa, Biro Kemahasiswaan UMS Roadshow SMHWS
Budi juga berharap agar kegiatan itu bisa bermanfaat dan ada peningkatan ilmu untuk para peserta capacity building yang juga merupakan mahasiswa UMS.
Ditempat yang sama, Kepala Biro Humas dan Pemeringkatan (BHP) UMS, Gunawan Ariyanto, S.T., M.Comp.Sc, Ph.D., menjelaskan terkait besarnya efek dari sosial media. Menurutnya, amal jariyah akan terus berjalan ketika membuat konten yang bermanfaat, pun berlaku sebaliknya.
“Mahasiswa yang memilih aktivitas ini karena dua hal, yaitu karena passion, atau karena niat untuk beramal,” ujar Gunawan.
UMStalk Eps 12, Bahas LGBTQ dari Perspektif Kesehatan dan Psikologi
Gunawan juga sedikit menyinggung tentang pemanfaatan fasilitas yang ada di kampus dalam membuat konten, seperti Kantin Tepi Danau (KTD).
Acara Capacity Building Content Creator dan Influencer kemudian dibuka oleh Wakil Rektor V UMS, Prof. Supriyono, S.T., M.T., Ph.D., dengan menyampaikan beberapa hal penting.
“Humas mempunyai fungsi untuk menjalin komunikasi antara UMS dan masyarakat, tujuannya untuk membangun citra baik di masyarakat tentang UMS,” ujarnya.
Catat! PPKn UMS Open Recruitment Multimedia and Extracurricular Laboratory Assistant
Supriyono menyebutkan, media sosial merupakan satu hal yang sedang digandrungi oleh kaum milenial dan Gen Z. Ia mengambil contoh pemanfaatan sosial media pada Pemilu 2024, dimana kampanye dilakukan melalui media sosial dan terbukti berhasil.
“Etika itu segalanya, harus dijunjung tinggi. Jangan sampai meninggalkan etika demi konten dan demi ketenaran,” tandasnya. (Nugroho)