Dosen UIN RM Said Tewas Dibunuh, Sang Ayah Ungkap Sosoknya

Wahyu Dian Silviani memiliki reputasi sebagai anak yang rendah hati dan penuh dedikasi sejak kecil

25 Agustus 2023, 19:24 WIB

SUKOHARJO (Keadilan.net) – Sosok mendiang Wahyu Dian Silviani, seorang dosen di UIN Raden Mas Said, memiliki reputasi yang terjaga sejak masa kecil. Dia ditemukan meninggal dengan cara yang mencurigakan pada Kamis (24/8).

Selama hidupnya, Wahyu dikenal sebagai seseorang yang tidak pernah merepotkan orang tua. Meskipun merantau jauh dari kampung halaman, dia berhasil membangun karirnya di UIN Raden Mas Said, Solo.

Dalam suasana penuh emosi, Mohammad Hasil Tamzil, ayah dari Wahyu Dian Silviani, berbicara tentang putrinya. Dia menjelaskan bahwa Wahyu datang dari Mataram, Nusa Tenggara Barat, tanpa memiliki saudara atau kerabat di Solo.

Hakim Agung Terdakwa Kasus Suap Divonis Bebas, KY: Belum Berkekuatan Hukum Tetap

Dalam momen penuh kesedihan, Mohammad Hasil Tamzil mengambil peran sebagai ayah, ibu, dan saudara bagi Wahyu di lingkungan UIN Raden Mas Said. Dia bahkan menjemput jenazah putrinya di kampus setempat pada Jumat (25/8).

Wahyu Dian Silviani memiliki reputasi sebagai anak yang rendah hati dan penuh dedikasi sejak kecil, sebagaimana diungkapkan oleh Mohammad Hasil Tamzil, seorang guru besar dari Universitas Mataram. Bahkan sejak kecil, Wahyu telah menunjukkan totalitas dan ketekunan dalam setiap hal yang dikerjakannya.

“Putri kami tidak pernah bersikap manja atau memilih-milih, dan dia tidak pernah memiliki keinginan aneh atau jahat,” ujar Mohammad Hasil Tamzil.

Panglima TNI Yudo Margono: Tidak Ada Impunitas dalam Kasus Basarnas, Proses Hukum Terus Berjalan

Wahyu Dian Silviani juga dikenal sebagai seseorang yang tidak pernah menyusahkan orang tua atau siapa pun di sekitarnya. Bahkan saat bersekolah, dia mampu mengurus biaya kuliahnya sendiri tanpa harus meminta bantuan dari orang tua.

Meskipun Wahyu pernah mencoba mengajar di sebuah kampus di Mataram, takdir mengarahkannya untuk bergabung dengan keluarga besar di UIN Raden Mas Said, Solo. Mohammad Hasil Tamzil menceritakan bahwa ini adalah pilihan Tuhan untuk putrinya.

“Menghabiskan tiga tahun di sini, anak saya telah menjalani karirnya. Namun, saat ini kami harus berpisah untuk memungkinkannya kembali bergabung dengan keluarga kami di Mataram,” tutur Mohammad Hasil Tamzil, dengan suara terbata-bata karena kesedihan, di hadapan civitas akademik UIN Raden Mas Said, Solo.

Pengusutan Kasus IMEI Ponsel Ilegal, Polri Dapat Dukungan Pakar Hukum

Walaupun kematian tragis Wahyu Dian Silviani diakibatkan oleh kejahatan kriminal, Mohammad Hasil Tamzil telah menerima kenyataan ini dengan tulus. Meskipun begitu, ia tetap mendesak agar kasus ini diselidiki dengan baik.

“Kami telah menerima dengan ikhlas, karena kami percaya ini adalah rencana dari Allah SWT. Tetapi kami tetap berharap agar kasus ini diusut hingga tuntas. Ini adalah masalah kejahatan yang perlu diungkap,” ujar Mohammad Hasil Tamzil dengan suara parau.***

Berita Lainnya

Berita Terkini