SURAKARTA (keadilan.net) – Keberadaan plaza dan halaman Balaikota Surakarta, Jawa Tengah (Jateng), pasca membaiknya penanganan pandemi, dimanfaatkan masyarakat untuk bersantai dan jadi tempat berwisata.
Banyak warga berdatangan dari sore hingga malam hari bersama keluarga, kerabat, atau teman dekat, menghabiskan waktu sembari menikmati suasana sambil bercengkerama.
Dibukanya balaikota yang merupakan simbol tempat berkantornya Gibran Rakabuming Raka selaku Walikota, telah destinasi wisata baru. Masyarakat umum dari berbagai kalangan sangat merespon.
Kukuhkan Nasi Liwet jadi Ikon Kota Solo, FBM dapat Dukungan Penuh Mas Wali
Balaikota Solo yang kini pagarnya dibongkar diganti dengan plaza terbuka, sekarang menjadi tempat ramah untuk masyarakat setiap malam, apalagi Sabtu malam makin banyak lagi datang.
Hanya saja dari sisi penampilan, ada beberapa hal yang perlu penambahan agar tempat tersebut makin menarik menjadi tempat tujuan wisata. Tidak hanya bagi warga Solo saja, namun juga warga daerah sekitarnya.
Seperti disampaikan tokoh masyarakat Kota Surakarta, BRM Kusumo Putro, bahwa dengan dibongkarnya pagar balaikota diganti dengan plaza terbuka, menunjukkan Pemkot Surakarta tidak membatasi interaksi dengan rskyat.
“Saya berharap Pemkot Surakarta bisa merias kawasan balaikota dengan memberi tambahan lampu -lampu yang indah bernuansa budaya,” kata Kusumo, Selasa (21/6/2022).
Beberapa pohon beringin di depan balaikota, menurut Kusumo yang pada Sabtu (18/6/2022) malam datang melihat suasananya, terlihat lampu hiasnya mati.
“Saya juga melihat, pendopo balaikota kalau malam hari terlihat angker karena lampunya juga mati. Mestinya lampu dihidupkan meskipun tidak harus terang benderang. Biar kelihatan lebih cantik,” ujarnya.
Tidak hanya pendopo saja yang gelap, beberapa sudut kawasan balaikota juga terlihat sama. Menurut Kusumo, sudut-sudut gelap tersebut perlu diberi lampu hias agar lebih instagramable, atau untuk swafoto.
“Tempat sampah juga masih sangat kurang. Agar warga yang berkunjung tidak membuang sampah sembarangan, maka perlu ditambah. Papan larangan buang sampah sembarangan juga perlu dibuat,” paparnya.
Kusumo mengatakan, Balaikota Surakarta harus tampil beda diantara balaikota daerah lain di Indonesia. Dalam hal menghias untuk memperindah, jangan hanya dilakukan pada momen hari raya agama tertentu saja.
“Selain hari raya agama, juga banyak sekali hari peringatan lain di Indonesia. Semua hari raya agama bisa dijadikan tema untuk menghias balaikota, termasuk hari -hari peringatan nasional,” tegasnya.
“Di Indonesia kan ada enam agama. Maka sudah selayaknya setiap hari raya atau hari peringatan nasional disambut dengan menghias plaza hingga pendopo balaikota,” tegasmya.
Dengan hiasan yang selalu berganti-ganti tema itu, oleh Kusumo diyakini akan lebih banyak menarik minat warga untuk berwisata, khususnya di hari libur.
“Saya yakin jika ini terwujud, maka baru pertama di Indonesia ada balaikota yang selalu dihias dengan berganti tema sesuai peringatan hari besar agama, dan hari peringatan nasional,” sebutnya.
Dengan semarak hiasan dengan tema yang berganti-ganti sepanjang tahun, maka lanjut Kusumo, juga akan menunjukkan bahwa Kota Solo adalah kota penuh toleransi.
“Hiasan dengan tema menyesuaikan momentum hari raya keagamaan ini, juga akan menunjukkan bahwa warga Solo saling menghormati antara satu dengan yang lain,” tandasnya.(Naura)